Jangan Pakai Baju Hijau di Pantai Selatan, Mitos Atau Nyata?

Jangan Pakai Baju Hijau di Pantai Selatan adalah larangan yang sudah lama hidup dalam budaya masyarakat Jawa.

Jangan Pakai Baju Hijau di Pantai Selatan, Mitos Atau Nyata?

Mitos ini menyebutkan bahwa mengenakan baju hijau di kawasan pantai selatan bisa mengundang murka Nyi Roro Kidul, sang penguasa laut selatan. Banyak yang percaya, pelanggaran larangan ini dapat membawa nasib buruk, bahkan hilang terseret ombak.

Namun, di balik kisah mistis tersebut, adakah penjelasan logis yang bisa diterima akal sehat? Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran CERITA’YOO.

tebak skor hadiah pulsa  

Larangan Turun-Temurun di Pantai Selatan

Di sepanjang garis pantai selatan Pulau Jawa, khususnya di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, terdapat sebuah larangan unik yang masih dipercaya hingga kini jangan memakai baju hijau saat mengunjungi pantai selatan. Larangan ini tidak hanya sekadar anjuran, tetapi sudah menjadi bagian dari tradisi dan kepercayaan masyarakat lokal yang diwariskan turun-temurun.

Bahkan, larangan ini sering ditemui dalam bentuk peringatan resmi di kawasan wisata seperti Pantai Parangtritis. Konon, mereka yang nekat mengenakan pakaian berwarna hijau bisa tertimpa nasib buruk, mulai dari tergulung ombak hingga hilang tanpa jejak. Tapi apa sebenarnya alasan di balik larangan ini? Apakah hanya mitos belaka, atau ada sisi logika yang tersembunyi?

Sosok Nyi Roro Kidul dan Warna Kesukaannya

Cerita tentang larangan ini tak bisa dilepaskan dari sosok mistis yang sangat dikenal dalam budaya Jawa, yaitu Nyi Roro Kidul, ratu penguasa laut selatan. Dalam kepercayaan masyarakat, ia digambarkan sebagai sosok cantik nan agung yang mengenakan pakaian serba hijau. Warna hijau diyakini sebagai warna kesukaannya, dan siapa pun yang mengenakan warna tersebut dianggap ‘menantang’ atau ‘mengundang’ perhatiannya.

Dalam versi yang lebih mistis, Nyi Roro Kidul bisa ‘mengambil’ orang yang memakai baju hijau ke alam gaib, sebagai bagian dari bala tentaranya di kerajaan laut selatan. Karena itulah, warga lokal dan wisatawan disarankan untuk menghindari warna tersebut sebagai bentuk penghormatan dan penghindaran dari hal-hal yang tak diinginkan.

Baca Juga: Nelson Mandela, Pejuang Kemerdekaan dan Perdamaian Dunia

Perspektif Ilmiah Antara Warna dan Ombak

Perspektif Ilmiah Antara Warna dan Ombak

Meskipun terdengar seperti cerita legenda, beberapa pihak mencoba mencari penjelasan logis di balik larangan ini. Salah satu teori yang sering diangkat adalah ilusi optik dan faktor keselamatan. Warna hijau terutama yang menyerupai warna air laut di pantai selatan membuat seseorang lebih sulit terlihat jika terseret ombak atau tenggelam. Hal ini menyulitkan tim penyelamat atau pengunjung lain untuk menemukan korban.

Pantai selatan juga terkenal dengan ombaknya yang besar, arus balik (rip current) yang kuat, serta kontur dasar laut yang curam. Banyak kasus tenggelam yang terjadi karena ketidaktahuan pengunjung akan bahaya tersebut. Warna pakaian yang tidak kontras seperti hijau dapat memperburuk situasi saat terjadi insiden di laut.

Antara Rasa Hormat dan Kesadaran Budaya

Meskipun mitos ini belum terbukti secara ilmiah, larangan mengenakan baju hijau juga mencerminkan rasa hormat terhadap budaya lokal. Di tengah arus modernisasi dan wisata massal, nilai-nilai tradisi ini tetap dijaga oleh masyarakat setempat sebagai bagian dari identitas dan warisan leluhur.

Bagi banyak orang, mengikuti larangan ini bukan soal percaya atau tidak, tetapi bentuk etika dalam menghargai tempat dan keyakinan lokal. Beberapa pengunjung bahkan mengaku merasa lebih tenang saat mengikuti aturan-aturan adat ini. Bagi masyarakat pesisir, pantai bukan hanya sekadar tempat wisata, tapi juga bagian dari dunia spiritual yang harus dijaga dan dihormati.

Kasus-Kasus yang Menguatkan Mitos

Dari waktu ke waktu, media lokal sering memberitakan kasus orang hilang atau tenggelam di pantai selatan, terutama yang kebetulan mengenakan baju berwarna hijau. Meskipun tak semua kasus bisa dikaitkan langsung dengan warna pakaian, peristiwa-peristiwa ini sering dianggap sebagai penguat keyakinan masyarakat.

Beberapa cerita dari warga sekitar bahkan menyebut bahwa korban sempat terlihat ‘dihampiri ombak’ secara tiba-tiba atau menunjukkan perilaku aneh sebelum kejadian. Cerita seperti ini terus berkembang dan memperkuat keyakinan akan adanya kekuatan gaib yang menjaga wilayah pantai selatan.

Kesimpulan

Larangan memakai baju hijau di pantai selatan adalah salah satu bentuk kepercayaan budaya yang kaya makna. Entah mitos atau nyata, ia telah menjadi bagian dari identitas masyarakat pesisir selatan Jawa. Dari sisi mistis, larangan ini berkaitan erat dengan sosok Nyi Roro Kidul dan keyakinan akan kekuatan laut selatan. Dari sisi logis, alasan keselamatan dan visibilitas di air turut memperkuat alasan untuk menghindari warna tersebut.

Apapun kepercayaannya, menghormati aturan lokal saat berkunjung ke tempat wisata adalah bentuk kedewasaan dan empati budaya. Jadi, saat berkunjung ke pantai selatan, mungkin tidak ada salahnya meninggalkan pakaian hijau di rumah sekadar menghormati, dan mungkin, berjaga-jaga. Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap tentang Jangan Pakai Baju Hijau di Pantai Selatan hanya di .


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari www.harianhaluan.com
  2. Gambar Kedua dari aceh.tribunnews.com

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *