Mengenal Suku Kerinci, Manusia Pertama yang Mendiami Pulau Sumatera
Suku Kerinci, mendiami dataran tinggi Jambi, bukanlah sekadar kelompok etnis, mereka adalah penjaga sejarah Sumatera.
Di tengah lanskap yang memukau, budaya mereka yang kaya terjalin dengan narasi masa lalu pulau itu. CERITA’YOO akan mengungkap asal-usul, tradisi, dan warisan abadi Suku Kerinci, memberikan penghormatan kepada manusia pertama yang mendiami Sumatera.
Penjaga Peradaban Kuno Sumatera
Suku Kerinci, juga dikenal sebagai Uhang Kinci atau Uhang Kincai, adalah kelompok etnis yang mendiami Dataran Tinggi Kerinci di Provinsi Jambi. Mereka dianggap sebagai salah satu suku tertua di Indonesia, dengan sejarah panjang yang terjalin erat dengan pulau Sumatera.
Wilayah mereka meliputi Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh, serta sebagian Kabupaten Merangin dan Bungo.
Mengungkap Asal-Usul Purba
Kehadiran manusia di wilayah Kerinci telah terdeteksi sejak 15.000 tahun lalu, berdasarkan penemuan serpihan batu obsidian dan sisa tulang hewan di Gua Ulu Tiangko, Merangin. Penelitian radiokarbon menunjukkan aktivitas manusia modern (Homo sapiens) di kawasan ini pada masa itu.
Migrasi para penutur Austronesia ke wilayah Kerinci diperkirakan terjadi sekitar 3500 tahun lalu. Bukti kehadiran mereka ditemukan di situs Bukit Arat dan Koto Pekih, berupa alat-alat neolitik dan tembikar slip merah.
Jendela Menuju Masa Lalu Austronesia
Bahasa Kerinci termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia, Melayu-Polinesia Barat, yang memiliki keterkaitan dengan bahasa Melayu dan Minangkabau. Selain itu, terdapat jejak rumpun bahasa Austroasiatik dalam bahasa Kerinci. Bahasa Kerinci memiliki beragam dialek, yang berbeda antara satu dusun atau wilayah adat.
Beberapa dialek utama antara lain dialek Gunung Raya, Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Sungai Penuh, Belui Air Hangat, dan Gunung Kerinci. Suku Kerinci juga memiliki aksara tersendiri yang disebut Aksara Incung atau Surat Incung, yang merupakan turunan dari aksara Sumatera Kuno yang digunakan sejak abad ke-14 Masehi.
Baca Juga: Kisah Susi Pudjiastuti: Dari Nelayan ke Menteri yang Menginspirasi Dunia
Matrilineal dan Kekerabatan yang Kuat
Suku Kerinci menganut sistem matrilineal dalam hal pewarisan harta pusaka dan gelar adat. Dalam perkawinan, mereka menganut sistem matrilokal, di mana suami tinggal di lingkungan keluarga istri (“duduk semendo”).
Struktur sosial suku Kerinci terdiri dari tumbi (rumah tangga), perut, kelbu (klan), dan luhah (persekutuan klan). Setiap tingkatan organisasi sosial dikepalai oleh anggota suku laki-laki.
Warisan Leluhur yang Terus Dijaga
Suku Kerinci memiliki kekayaan adat dan budaya yang diwariskan secara turun temurun. Beberapa upacara adat yang terkenal antara lain Kenduri Sko, yang merupakan upacara adat pengangkatan dan penobatan kepala adat.
Selain itu, terdapat berbagai tarian tradisional seperti Tari Rangguk, Tari Kain Panjang, dan Tari Inai. Suku Kerinci juga memiliki hukum adat yang disebut Lembago yang Empat, Adat nan Empat, Undang nan Empat, dan Undang nan Delapan.
Kepercayaan Suku Kerinci
Mayoritas suku Kerinci adalah pemeluk agama Islam. Namun, mereka juga masih mempertahankan kepercayaan terhadap roh nenek moyang dan makhluk supernatural. Makam nenek moyang pendiri dusun (jihat ninek) sering dikunjungi untuk meletakkan sesajian dan melakukan ritual munjung.
Mereka juga percaya pada roh yang disebut semangat dan aman, serta makhluk supernatural seperti mambang, dewo, dan peri.
Bagaimana Suku Kerinci di Era Modern?
Di era modern, suku Kerinci terus berupaya menjaga identitas dan warisan budaya mereka. Mereka aktif dalam melestarikan bahasa, adat, dan seni tradisional. Generasi muda Kerinci juga didorong untuk mempelajari sejarah dan budaya mereka, serta berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan adat dan budaya.
Dengan menjaga warisan leluhur, suku Kerinci membuktikan eksistensi mereka sebagai penjaga peradaban kuno Sumatera dan bagian tak terpisahkan dari Indonesia.
Buat kalian yang ingin belajar mengenai sejarah, budaya, suku-suku yang ada di indonesia, kalian bisa kunjungi CERITA’YOO, yang dimana akan memberikan informasi mendalam mengenai sejarah yang ada di Indonesia.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari goodnewsfromindonesia.id
- Gambar Kedua dari jambione.com