Mengungkap Sejarah Benteng Kerajaan Tiworo di Kabupaten Muna Barat
Benteng Kerajaan Tiworo di Kabupaten Muna Barat merupakan salah satu peninggalan sejarah yang sangat penting di Sulawesi Tenggara.
Dibangun pada abad ke-16, benteng ini memiliki nilai historis dan budaya yang sangat tinggi, menjadi saksi bisu perjalanan pemerintahan dan pertahanan kerajaan tersebut. CERITA’YOO akan memberikan ulasan lengkap mengenai sejarah, fungsi, dan upaya pelestarian Benteng Tiworo, yuk simak lebih lanjut!
Asal Usul dan Pembangunan Benteng Tiworo
Benteng Tiworo dibangun pada abad ke-16 oleh Raja Muna yang bernama La Ode Asmana atau Sangia Barakati. Pembangunan benteng ini menggunakan batu-batu besar dan kecil yang diangkat dari Lokawoghe, sebuah wilayah di Desa Tongkuno Lama, dengan cara yang konon sangat unik dan penuh semangat.
Masyarakat mengangkat batu-batu tersebut secara berjejer sepanjang sekitar 150 kilometer, konon hanya dalam waktu satu malam. Para pekerja memakai kain sutera untuk melapisi tangan mereka agar dapat mengangkat batu dengan mudah tanpa merasa berat.
Benteng ini terletak di Kelurahan Waumere, Kecamatan Tiworo Kepulauan, Kabupaten Muna Barat, dan berdiri kokoh di pusat pemerintahan Kerajaan Tiworo.
Fungsi dan Peran Strategis Benteng
Benteng ini tidak hanya sebagai struktur pertahanan, tetapi juga sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Tiworo. Pusat pertahanan berada di bagian timur benteng dan digunakan untuk melindungi kerajaan dari serangan. Namun, Kerajaan Tiworo sendiri dikenal tidak pernah diserang oleh tentara Belanda maupun tentara sekutu, melainkan hanya mengalami konflik internal antar sesama orang Muna.
Selain itu, Benteng Tiworo juga berperan sebagai tempat pelantikan raja, dengan Raja terakhir yang dilantik di benteng ini adalah La Ode Sampaga. Keberadaan benteng ini menunjukkan pentingnya pertahanan dan pemerintahan yang terorganisir pada zaman dahulu.
Keunikan Arsitektur dan Lokasi Benteng
Benteng Tiworo dibangun dari batu-batu kecil dan besar yang tersusun sangat rapi sehingga membuat benteng ini berdiri kokoh dengan tinggi bervariasi antara tiga sampai empat meter. Luas benteng mencapai kurang lebih dua hektar, dengan struktur yang menandai pusat pemerintahan Kerajaan Tiworo. Selain Benteng Tiworo, di kompleks yang sama juga terdapat Benteng Waobu yang lokasinya masih berdekatan.
Di tengah-tengah Benteng Tiworo berdiri sebuah masjid bernama Masjid Sangia Bharakati. Warisan sejarah yang dibangun jauh sebelum Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1469. Masjid ini dibangun oleh Raja Tiworo yang sama, Sangia Bharakati atau La Ode Asmana, menambah nilai sejarah kompleks benteng ini.
Baca Juga: Legenda Lutung Kasarung, Kisah Cintadan Keajaiban Dari Sunda
Perjalanan Sejarah dan Kejayaan Kerajaan Tiworo
Pada masa kejayaannya, Kerajaan Tiworo menjadi pusat pemerintahan dan memiliki sistem kestabilan sosial yang terorganisir. Pada saat benteng ini dibangun, pemerintahan Kerajaan Tiworo sudah berjalan walau belum terbentuk secara formal seperti kino, tapi kestabilan sosial sudah ada sebelum penunjukan pimpinan dilakukan.
Benteng ini juga menjadi simbol kebersamaan dan arah yang sama bagi masyarakatnya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya benteng tersebut dalam kehidupan politik dan sosial masyarakat Tiworo pada masa lalu.
Upaya Pelestarian dan Tantangan yang Dihadapi
Saat ini Benteng Tiworo berfungsi sebagai situs sejarah sekaligus sebagai tempat wisata yang menjadi simbol pemerintahan dan sejarah masyarakat Kabupaten Muna Barat. Masyarakat lokal menunjukkan usaha dalam menjaga kelestarian benteng ini. Bukan hanya itu, masyarakat juga mengelola kawasan benteng agar tetap menjadi daya tarik wisata yang menarik.
Namun, pemerintah daerah dinilai kurang memberikan perhatian serius terhadap pelestarian benteng tersebut sehingga masih ada tantangan dalam menjaga keaslian dan kelestarian bangunan akibat perubahan bentuk dan kondisi yang dialami benteng selama ini.
Upaya pelestarian perlu ditingkatkan untuk memastikan warisan sejarah ini dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Makna dan Warisan Budaya Benteng Tiworo
Benteng Tiworo tidak hanya mewakili sebuah struktur pertahanan, tetapi juga sebuah simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Muna Barat. Benteng ini mengingatkan masyarakat akan perjalanan sejarah dan peran penting Kerajaan Tiworo dalam membangun peradaban lokal.
Situs ini sekaligus menjadi sarana edukasi bagi generasi muda untuk mengenal sejarah daerahnya dan memahami pentingnya menjaga warisan budaya. Seiring waktu, Benteng Tiworo dipandang sebagai kekayaan budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan, agar nilai-nilai sejarah dan kebudayaan tetap hidup dan berpengaruh hingga masa depan.
Kesimpulan
Benteng Kerajaan Tiworo di Kabupaten Muna Barat adalah peninggalan bersejarah yang sarat makna dan memiliki fungsi strategis di masa lampau. Dari pembangunan megah yang konon hanya dalam satu malam, hingga perannya sebagai pusat pemerintahan dan pelantikan raja.
Benteng ini menunjukkan semangat dan kekuatan masyarakat Tiworo di zaman dahulu. Keindahan dan nilai historis Benteng Tiworo harus terus dijaga melalui sinergi antara masyarakat dan pemerintah agar menjadi warisan budaya yang lestari bagi generasi mendatang.
Buat kalian yang ingin belajar mengenai sejarah, budaya, suku-suku yang ada di indonesia, kalian bisa kunjungi CERITA’YOO, yang dimana akan memberikan informasi mendalam mengenai sejarah yang ada di Indonesia.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dan Kedua dari youtube.com