Sejarah Masjid Agung Keraton Buton di Pulau Bau-Bau, Sulawesi Tenggara
Masjid Agung Keraton Buton adalah salah satu situs sejarah agama Islam di Indonesia, khususnya di wilayah Sulawesi Tenggara.
Terletak di dalam kompleks Keraton Buton di Pulau Bau-Bau, masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga simbol kebudayaan, tradisi, dan sejarah Kesultanan Buton. CERITA’YOO akan membahas sejarah, keunikan, dan nilai budaya dari Masjid Agung Keraton Buton yang memukau.
Awal Pendirian Masjid Agung Keraton Buton
Masjid Agung Keraton Buton didirikan pada tahun 1712 oleh Sultan Sakiuddin Darul Alam, Sultan Buton ke-19, sebagai pusat kegiatan keagamaan Kesultanan Buton. Masjid ini berada di Kelurahan Melai, Kecamatan Betoambari, Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, dan menjadi simbol kejayaan Islam di kerajaan tersebut pada masa itu.
Sebelum masjid ini dibangun, telah ada masjid sebelumnya di lokasi yang sama sejak tahun 1538, tetapi hancur akibat perang saudara.
Nama dan Lokasi Masjid
Sebenarnya, Masjid Agung Keraton Buton memiliki nama asli Masjid Al-Muqarrabin Syafyi Shaful Mu’min. Masjid ini terletak di dalam kompleks Keraton dan Benteng Kesultanan Buton, di puncak bukit batu yang memberikan pemandangan indah sekitar wilayah Bau-Bau.
Letak yang strategis ini membuat masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga landmark sejarah dan budaya.
Arsitektur dan Struktur Unik Masjid
Masjid ini memiliki ukuran sekitar 20,6 x 19,4 meter dan beratap seng. Dengan desain arsitektur yang mencerminkan gaya tradisional lokal dengan sentuhan keislaman. Bangunan masjid terdiri dari tiga lantai dengan lantai utama sebagai ruang ibadah, lantai kedua sebagai ruang musyawarah pengurus.
Lantai ketiga digunakan untuk mengumandangkan azan serta menjadi menara pengawas. Mesjid tidak memiliki menara sebagaimana masjid pada umumnya, melainkan memiliki tiang bendera Kesultanan Buton yang menjulang tinggi sebagai simbol kekuasaan dan identitas kerajaan.
Baca Juga: Menelesuri Kisah Cinta Tragis Rara Mendut dan Pranacitra
Keunikan dan Tradisi Masjid Agung Keraton
Masjid Agung Keraton Buton memiliki sejumlah tradisi unik, seperti bedug dengan ukuran khusus yang melambangkan asmaul husna dan jumlah rakaat shalat, juga adanya penggunaan tongkat dalam pelantikan imam dan pengurus masjid.
Di dalamnya terdapat mimbar dan mihrab yang terbuat dari batu bata dengan ukiran kayu bercorak tumbuhan yang mirip ornamen Arab. Selain itu, masjid ini juga memiliki 12 pintu masuk yang menunjukkan keterbukaan terhadap umat Muslim yang datang beribadah.
Makna Religius dan Sosial Dalam Kesultanan Buton
Masjid Agung Keraton Buton tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga pusat kegiatan keagamaan dan sosial dari Kesultanan Buton. Masjid ini menjadi simbol hubungan erat antara agama Islam dan pemerintahan kerajaan. Di mana sultan dan para perangkat kesultanan menggunakan masjid sebagai tempat beribadah dan berkumpul menyelesaikan masalah kerajaan.
Tradisi pelantikan sultan juga terkait dengan situs-situs di sekitar masjid, seperti batu pelantikan (batu popaua) dan batu suci air (batu wolio) yang mengandung nilai sejarah dan budaya.
Legenda Lubang Misterius di Masjid Agung Keraton
Salah satu keunikan menarik dari Masjid Agung Keraton Buton adalah legenda tentang sebuah lubang kecil yang konon berfungsi sebagai pintu gua bawah tanah dan dipercaya terkait dengan Tanah Suci Mekkah.
Konon, lubang ini memungkinkan seseorang mendengar suara adzan dari Mekkah, dan dipercaya sebagai pusat bumi atau pusaka tanah. Mitos ini menambah daya tarik historis dan spiritual masjid yang kental dengan nuansa mistik, meskipun kebenarannya masih menjadi perdebatan.
Pelestarian dan Peran Masjid Dalam Wisata Religi
Masjid Agung Keraton Buton kini menjadi objek wisata religi yang penting di Sulawesi Tenggara. Pemerintah dan masyarakat setempat terus berusaha melestarikan keberadaan masjid sekaligus menjaga nilai sejarah dan budaya yang terkandung di dalamnya.
Lokasi masjid yang berdekatan dengan kawasan benteng dan kompleks keraton menyediakan pengalaman wisata yang menggabungkan sejarah, budaya, dan keimanan. Kegiatan ibadah dan ritual khas di masjid ini juga menarik perhatian wisatawan dan peneliti budaya.
Masjid Agung Keraton Buton bukan hanya sebuah bangunan ibadah, tetapi juga saksi bisu perjalanan sejarah Kesultanan Buton dan perkembangan Islam di Pulau Bau-Bau. Hal ini terus menjadi warisan budaya penting bagi generasi kini dan mendatang.
Buat kalian yang ingin belajar mengenai sejarah, budaya, suku-suku yang ada di indonesia, kalian bisa kunjungi CERITA’YOO, yang dimana akan memberikan informasi mendalam mengenai sejarah yang ada di Indonesia.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari id.wikipedia.org
- Gambar Kedua dari sultra.antaranews.com