Jejak Operasi Militer 1968 Di Blitar Yang Tak Lekang Oleh Waktu
Operasi militer tahun 1968 di Blitar meninggalkan jejak sejarah kelam yang hingga kini masih dikenang masyarakat setempat luas nasional.

Monumen ini tidak hanya sekadar tugu peringatan, melainkan sebuah narasi visual yang sarat makna, dirancang untuk mengenang penumpasan sisa-sisa Partai Komunis Indonesia (PKI) di wilayah Blitar Selatan. Keberadaannya hingga kini menjadi sumber edukasi dan refleksi bagi berbagai kalangan, dari pelajar hingga peneliti, yang ingin memahami lebih dalam peristiwa tersebut.
Temukan berbagai informasi menarik lainnya dan bermanfaat yang akan memperluas wawasan Anda hanya di CERITA’YOO.
Latar Belakang Operasi Trisula
Pada tahun 1968, Indonesia dihadapkan pada situasi genting dengan munculnya dugaan aktivitas konsolidasi sisa-sisa PKI di beberapa wilayah Jawa Timur. Merespons kondisi ini, pemerintah meluncurkan sebuah operasi militer berskala besar yang kemudian dikenal dengan nama Operasi Trisula.
Operasi ini difokuskan pada tiga area utama Malang Selatan, Blitar Selatan, dan sebagian Tulungagung. Monumen Trisula pun didirikan sebagai pengingat dan sarana pembelajaran.
Simbolisme Yang Terukir Dalam Monumen
Monumen Trisula berdiri megah di lahan seluas 5.626 meter persegi, menampilkan lima patung utama yang penuh makna simbolis. Tiga patung menggambarkan prajurit TNI, salah satunya menunjuk ke depan sebagai lambang kepemimpinan dan semangat perjuangan.
Dua patung lainnya melambangkan rakyat sipil yang turut serta membantu operasi, merepresentasikan konsep persatuan antara militer dan masyarakat. Selain patung, elemen angka pada monumen juga mengandung filosofi mendalam.
Terdapat 45 anak tangga, merujuk pada tahun Proklamasi 1945, serta 17 pilar dan angka 8 yang melambangkan tanggal dan bulan kemerdekaan Indonesia. Simbol-simbol ini mengaitkan narasi perjuangan lokal dengan sejarah nasional.
Baca Juga: Si Parkit Raja Parakeet, Burung Legendaris Aceh Yang Memikat
Monumen sebagai Ruang Edukasi Dan Refleksi

Di bagian bawah struktur patung, terpahat nama-nama korban dari berbagai pihak, mempertegas bahwa peristiwa yang diabadikan bukan hanya operasi militer, tetapi juga tragedi kemanusiaan. Elemen ini menjadi sudut edukatif yang sering dikunjungi pelajar dan peneliti.
Monumen Trisula diresmikan pada 18 Desember 1972 oleh Deputy Kasad Letjen TNI Mochamad Jasin, menandai pengakuan resmi terhadap pentingnya Operasi Trisula dalam sejarah nasional. Sejak saat itu, monumen ini terus dijaga dan dikelola sebagai ruang edukasi sejarah. Pengunjung datang silih berganti untuk berwisata, studi sejarah, atau berziarah, menjadikannya jembatan antara masa lalu dan kini.
Pelestarian Dan Interpretasi Sejarah
Sebagai penanda sejarah yang kuat, Monumen Trisula berhasil mentransformasikan peristiwa penting di Blitar Selatan menjadi pelajaran visual yang mendalam. Ia menyampaikan narasi resmi tentang persatuan rakyat dan militer dalam menghadapi sisa-sisa kekuatan PKI.
Monumen ini juga menjadi wahana refleksi bagi generasi muda untuk memahami salah satu periode paling menentukan dalam perjalanan sosial dan politik Indonesia. Diskusi mengenai interpretasi sejarah di monumen ini sesekali muncul, mengingat kompleksitas peristiwa 1968. Monumen Trisula bukan sekadar bangunan, tetapi penjaga ingatan kolektif bangsa, menyajikan sejarah untuk direnungkan dan dipelajari.
Jangan lewatkan waktu berharga Anda dan temukan beragam kisah inspiratif dan cerita penuh semangat yang siap memotivasi langkah Anda, hanya di CERITA’YOO
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Utama dari detik.com
- Gambar Kedua dari instagram.com
